Sabtu, 29 Agustus 2009

Kreatfitas anak bangsa.

Kadang-kadang karena ingin tampak lebih keren, tampak beda atau hanya iseng kita punya ide untuk kreatifitas dalam berbahasa. Misalnya yang saya alami dahulu sering berbicara dengan kata-kata yang dibalik, atau dibaca dari belakang, misalnya sbb.:
halo > olah,
Apa kabar  >  Apa rabak,
Berangkat sekolah yu  >  Takngareb halokes uy,
Mengapa kemarin tidak bersekolah?  >  Apangem niramek kadit halokesreb?

Saat itu merasa keren sekali terutama kalau menyampaikan kalimat yang hanya boleh dimengerti teman-teman serahasia saja. Ada juga yang membuat kreatifitas lain yang bunyi dasarnya disebut dahulu satu suku kata kemudian diikuti dengan pola kata sebenarnya dengan versi tertentu, misalnya :

Sekolah  >  lah sekonang,
Bu Guru  >  ra bugunung,
pariwisata  >  ta pariwisanang,
Besok Minggu kita nonton yu  >  sak benong ga minung ta kinang tan nonong yu.
Aku baru dapat pacar baru  >  ka anung ra banung pat danang car panang ra banung.

Banyak sekali kreasi-kreasi lainnya, kalau ada waktu senggang cobalah ciptakan versi lain,  fahami oleh semua teman-teman dan asiklah berkomunikasi rahasia.

Entah karena belum menemukan lahan kreatifitas atau karena hal lain, sering kita mengubah dan/atau menambah bahasa Indonesia sehingga menjadi aneh. Contoh yang paling sering adalah aku dan saya diganti gue, engkau dan kamu diganti dengan lu mengambil dari bahasa daerah Betawi, dan seterusnya. Kalau dipakai ngobrol antara teman tentulah tidak masalah, tetapi kalau untuk dipublikasikan, misalnya di dunia maya ini, di televisi atau radio, rasanya akan membuat citra negatif terutama dari fihak asing.


Bertentangan sekali, saat kita menggunakan bahasa asing, biasanya kita sangat hati-hati takut salah, tetapi mengapa tidak untuk bahasa Indonesia tercinta? Mari bersama-sama berusaha memelihara bahasa Indonesia mulai dari mengisi blog termasuk memberi komentar dan mulailah saling tegur dan saling memberi petunjuk bila ada yang kurang tepat digunakan. Saya himbau juga pakar bahasa Indonesia berperan banyak dalam hal ini.



Pelecehan budaya oleh negara kecil tetangga kita yang menibulkan amarah kita itu ambillah hikmahnya, karena mungkin sekali hal itu merupakan peringatan dari Yang Maha Kuasa karena keteledoran kita. Biarlah penyelesaian persoalah tersebut dilakukan oleh yang berwenang, yang kita lakukan adalah sesuai kemampuan kita, semoga berhasil.

1 komentar:

Terima kasih, untuk komentar Anda di sini: